Panahatan, Tommi, Junus, Chris, Erna, Nasoki dan 20 orang lainnya berkumpul di Aula STT GKLI, Sihabonghabong, Parlilitan, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Mereka berkumpul sejak Selasa-hingga Jumat (27 - 30 November 2018), untuk belajar menulis berita dan infografis bagi media mereka masing-masing. Para peserta itu berasal dari perwakilan gereja-gereja yang ada di Sumatera Utara yang mengikuti Workshop Pengelolaan Media Gereja : Komunikasi Publik di Era Digital.
Para penglola media gereja itu diberi pemahaman perkembangan media massa saat ini. Peserta diajak pula untuk memahami bahwa media massa saat ini mempunyai kedudukan signifikan dalam masyarakat. Kecepatan untuk menyebarkan informasi secara cepat dan luas menjadi kekuatan dari media massa. Juga konten yang ada dalam media massa dapat mencerdaskan masyarakat sehingga mengubah keadaan menjadi lebih baik.
Lewat media massa pula, komunikasi publik dapat berjalan. Publik menjadi tahu berbagai peristiwa yang terjadi di pelosok dunia manapun. Sisi lain dari media massa adalah bisa pula menyalurkan informasi yang tida benar alias hoaks atau misinformasi.
Saat ini yang disebut era digital, salah satunya dengan perkembangan teknologi di mana masyarakat dapat dengan mudah mengakses berita dari internet dengan mudah. Di lokasi tempat workshop misalnya, di Desa Sihabong-habong yang terletak di dataran tinggi dengan udara yang dingin, awalnya dibayangkan tidak ada internet, namun kenyataannya sekolah dan gereja itu dilengkapi parabola, sumbangan pemerintah dalam program strategis nasional atau PSN. Sehingga peserta workshop dapat menikmati internet.
Para pengelola media publikasi gereja juga perlu dibekali dengan kemampuan yang cukup untuk menghadapi teknologi. Media publikasi gereja menjadi sarana interkasi bagi umat. Dalam kehidupan umat di gereja. Sudah tak asing bahwa warga gereja menggunakan gajet atau gawai untuk mengakses bacaan rohani hingga kitab suci atau Alkitab dalam bentuk online. Juga informasi-informasi lainnya yang menjadi kebutuhan warganya.
Perkembangan media massa juga tak lepas dari fitur internet yang tersedia di gawai tadi. Saat ini, pada umumnya orang mempunyai akun media sosial, entah itu Facebook, Instagram, Twitter atau lainnya. Hadirnya media sosial tak dipungkiri mengalihkan atau bahkan memperkuat peran media massa dalam menyebarkan informasi ke publik. Orang lebih suka membaca berita lewat medsos dibanding dengan mengakses langsung ke website berita. Dan, hal ini harus juga ditangkap oleh pengelola media.
Media Sosial Lebih Menonjol
Kala media sosial lahir di tahun 2000-an, seperti Facebook atau Twitter, generasi sebelumnya yaitu Friendster banyak digunakan. Namun lihatlah saat ini, Friendster ditinggal dan kemudian jutaan orang menggunakan FB dan Twitter. Data pengguna tahun 2018 bulan Januari saja bersumber dariWe Are Social dan Hootsuite, ada 130 juta penduduk Indonesia pengguna Facebook!
Tak heran lewat kanal-kanal medsos itulah, berita lebih banyak dibaca orang ketimbang langsung lewat situs-nya. Karena perkembangan itu juga media sosial mulai mempermudah dan memanjakan penggunanya. Tak heran, situs berita, selalu mencantumkan media sosial wajib di bawah atau di akhir berita mereka, seperti facebook, twitter dan instagram. Inilah yang membuat media sosial menjadi menonjol dari link-link berita itu sendiri.
We Are Social dan Hootsuite
Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul "Indonesia, Pengguna Facebook Terbanyak ke-4 di Dunia",https://tekno.kompas.com/read/2018/03/02/08181617/indonesia-pengguna-facebook-terbanyak-ke-4-di-dunia.
Penulis : Rizky Chandra Septania
Editor : Reza Wahyudi
Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul "Indonesia, Pengguna Facebook Terbanyak ke-4 di Dunia",https://tekno.kompas.com/read/2018/03/02/08181617/indonesia-pengguna-facebook-terbanyak-ke-4-di-dunia.
Penulis : Rizky Chandra Septania
Editor : Reza Wahyudi
Tak heran lewat kanal-kanal medsos itulah, berita lebih banyak dibaca orang ketimbang langsung lewat situs-nya. Karena perkembangan itu juga media sosial mulai mempermudah dan memanjakan penggunanya. Tak heran, situs berita, selalu mencantumkan media sosial wajib di bawah atau di akhir berita mereka, seperti facebook, twitter dan instagram. Inilah yang membuat media sosial menjadi menonjol dari link-link berita itu sendiri.
Bahkan pengguna media sosial untuk mengakses berita sudah diteliti olehOpera Mediaworks dan Mobile Marketing Association (MMA) sejak 2015 lalu. Hasilnya, perilaku penggunasmartphone di negara P6 (The Power 6), yakni India, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam, serta Australia, termasuk Indonesia adalah pengakses berita lewat media sosial dengan persentase 38 persen dari jumlah pengguna internet. Masih dari data itu, media sosial dijadikan sumber utama untuk mengakses berita bahkan tanpa verifikasi, dan berita yang didapatkan itu langsung dikonsumsi dengan lahap. Dari data itulah diketahui bahwa kebutuhan masyarakat terhadap informasi menjadikan media sosial amat menonjol dan menjadi saluran utama dalam memperoleh berita.
Mudah Diakses
Apa yang membuat masyarakat lebih memilih saluran media sosial dibanding situs beritanya? Salah satu penybabnya karena media sosial mudah diakses. Kemudahan itulah yang kemudian menjadi senjata apalagi jika ditunjang jaringan internet yang cepat dan mudah pula. Penyebab lainnya adalah tampilan media sosial yang menarik dan simpel. Sementara sebaliknya, berita-berita yang diproduski perlu proses hingga ditampilkan.
Namun demikian, akses mudah, cepat, tampailan menarik dan simpel juga menjadi alasan untuk menyebarkan berita bohong/hoaks. Untuk satu ini media sosial tidak bisa menyaingi media berita dalam penyajian dan verifikasi.
Produk Berita
Para peserta workshop kemudian diberikan pemahaman pula bahwa jika kemajuan teknologi sudah mempermudah mengelola media komunitas, maka para pengelola perlu siap untuk menggunakannya. Siap berarti juga bisa memproduksi berita, baik berita-berita yang diliput langsung atau berita-berita yang dibuat, seperti Siaran Pers.
Produk lainnya adalah pembuatan infografis yang saat ini juga menjadi daya tarik sendiri untuk membuat berita. Lewat kemasan grafis yang cantik dan menarik, berita dan data dapat diolah kemudian ditampilkan di media. Perlu menguasai aplikasi-aplikasi grafis juga menjadi kemampuan khusus yang dapat dikuasi oleh pengelola. Setelah semua itu dikuasi, tampilan website komunitas, seperti media gereja tak hanya memuat informasi kegiatan kegerejaan tapi juga layaknya website-website berita pada umumnya.
Perkembangan teknologi yang semakin maju menjadi tantangan bagi pengelola media massa, tak terkecuali media gereja. Masyarakat di dalamnya juga warga gereja lebih menyukai kecepatan akses berita di internet, perkembangan media sosial yang pesat dan diisi dengan materi-materi berita serta ulasan-ulasan Alkitabiah yang berbobot harus ditangkap sebagai peluang untuk menggaet publik gereja lebih dekat padaNya. Sehingga warga gereja betul-betul disuguhkan informasi yang berkualitas lewat isi berita dan tampilan yang memikat menjadi lebih cerdas dan peduli pada sesama.
Komentar
Posting Komentar